"Malaikat" Disampingku, Itu "IBU"
Seorang nenek berjualan serabi, meski diusia senja tetap berddikari |Sumber www.google.com |
Sejarah
mencatat, bahwa wanita adalah makhluk kedua setelah lelaki dicipta. Itu
menandakan bahwa kaum hawa memang istimewa. Yang akan melahirkan generasi-generasi,
dzurriyah-dzuriyyah, nasab-nasab menjadi ummat sampai sekarang ini.
Di hari Ibu. Apa yang kita persembahkan untuk
beliau?
Apakah
hanya status whatsaapp yang hanya bertahan 24 jam. Apakah langsung
mengecup memeluk beliau dengan hangat? Ya itu tidak ada salahnya. Bagi yang -beliau-
telah tiada. Yakinlah Allah sayang kepada beliau, semoga langgeng di
surgaNya.
Bentuk
symbol hari patut apresiasi. Minimal sehari ini kita bermuhasabah diri. Sebagai
anak apakah sudah berbakti. Sebagai menantu – bagi yang sudah berumah tangga-
apakah juga sama berbakti. Sebagai anak asuh, apakah sudah menghargai yang
sudah merawat kita.
Kita
tidak tidak tahu dilahirkan oleh siapa. Namun, apapun Ibu, selamanya tetap Ibu.
Kalau pasangan suami istri (pasutri) ada mantan – jika sudah cerai-. Sama
seperti guru dan Ibu, tidak ada yang namanya mantan, atau bekas. Selamanya
mengalir darah dan ilmu di dalam diri kita.
Ibu
sangatlah kuat. Kuat mengurus perdapuran. Mengurus anak dari dalam kandungan.
Bahkan juga mampu bekerja layaknya seorang buruh serabutan. Itu semua demi
anak-anaknya agar tidak kelaparan.
“
Engkau telah membesarkanku.
Tak
ada balas budi yang mampu.
Selain
balasanNya Ibu.
Berkat
doa Ibu.
Seperti
inilah diriku.
Pangkat,
jabatan, pun ilmu.
Semua
tak berarti tanpa senyummu.
Wahai
Ibu. . .”
Kepada
seluruh Ibu di dunia, Lahumul faatihah.
. . .
(Jaz)
Posting Komentar untuk ""Malaikat" Disampingku, Itu "IBU""