Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Umat Islam Tak Boleh Latah Ikut-ikutan Valentine

Jember, NU Online
Umat Islam tidak boleh latah ikut-ikutan merayakan hari Valentine. Sebab, perayaan hari Valentine mengadopsi dari budaya umat Kristen, sehingga tidk patut ditiru umat Islam, khususnya kalangan remaja. Demikian dikemukakan Kiai Idrus Ramli saat menjadi nara sumber dalam seminar “Valentine Dalam Perspektif Islam” di aula pondok pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Ahad (14/2).

Menurut jebolan pesantren Sidogiri itu, selama ini hari hari Velentine identtik dengan ungkapan rasa cinta melalui pemberian setangkai bunga dari seorang pria kepada kekasihnya. “Dari sisi ini saja sudah  haram, apalagi diteruskan kepada perbuatan lain,” jelasnya.

Kiai Idrus menambahkan, sejatinya ungkpan kasih sayang atau cinta tidak masalah jika diberikan kepada  istri atau suaminya. Tapi hari Valentine, biasanya dijadikan momentum bagi sepasang manusia bukan suami istri untuk menyampaikan rasa cintanya, yang kemudian bahkan diikuti dengan perbuatan lain yng menjurus mesum. “Itu semua sepakat haram,” jelasnya.

Sejarah hari Valenitne, kata Kiai Idrus, berasal dari Yunani. Syahdan, saat itu  raja romawi melarang tentara romawi menikah, sama dengan larangan terhadap Pastur. Suatu ketika, ada seorang tentara yang ngotot untuk menikah dengan seorang wanita, namun tidak ada yang berani menikahkannya. Setelah sekian lama tak ada kepastian, akhirnya seorang Pastur yang bernama Valentinus terenyuh hatinya, dan dia akhirnya berani menikahkan tentara itu. Karena kenekatannya itu, si Pastur dihukum mati oleh raja.

Untuk mengenang jasa Valientinus itu, para remaja Yunani menggelar hari kasih sayang setiap tanggal 14 Februari, yang dinamakan hari Valentine. “Dari cerita ini, hari Valentine sebenarnya berasal dari budaya Kristen. Islam tidak melarang orang menikah. Dan dalam Islam juga tidak ada hari Valentine,” urainya.

Melaksanakan hari Valentina, tutur Kiai Idrus, sama dengan tasyabbuh. Artinya meniru-niru kebiasaan orang lain. Dikatakannya, tasyabbuh, ada yang boleh, haram dan wajib. “Meniru-niru tradisi umat lain seperti Vvalentine, termasuk yang haram,” tukas Wakil Ketua LBM NU Cabang Jember itu.

Seminar itu sendiri digelar oleh IPNU-IPPNU Komisariat Nuris. Sekitar 150 orang yang hadir tampak serius menyimak pemaparan Kiai Idrus. Terbukti, setelah dibuka sesi tanya jawab, mereka apa berebutan untuk mengajukan pertanyaan, sehingga Kiai Idrus membatasi waktu yang semula direncanakan dua jam, menjadi satu setengah jam. (ary)

*) Dilansir dari www.nu.or.id

Posting Komentar untuk "Umat Islam Tak Boleh Latah Ikut-ikutan Valentine"