Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Baru Sempat Posting

Portal Pelajar Durenan - Kiranya judul ini yang terfikirkan dalam benak untuk menggambarkan begitu susahnya untuk memposting setiap kegiatan yang diselenggarakan rekan-rekanita PAC. IPNU-IPPNU Durenan dengan rutin. Apabila kita merujuk pada teori-teori dalam memaksimalkan Search Engine Optimization pada Google, sebuah web atau blog dituntut, salah satunya yaitu melakukan posting secara teratur. Ditambah dengan konten-konten informatif yang bermanfaat bagi pengunjung. Namun apalah daya, dengan segala macam kesibukan di lapangan, setidaknya tetap ada kesempatan untuk memposting artikel meskipun dengan interval waktu yang sesempatnya saja.

Sudah satu bulan lebih tidak ada postingan yang mewarnai ragam informasi di dalam blog ini, sebenarnya setelah kegiatan terakhir yang sudah terpublish, kegiatan silaturahim ke rumah Pembina dan Alumni IPNU-IPPNU Durenan, selang beberapa hari selanjutnya kami mengadakan Posko Ketupat untuk turut serta meramaikan sekaligus melestarikan tradisi Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Kemudian di akhir bulan Juli sudah terselenggara kegiatan “Rutinan Sesasi Pisan” kedua yang juga belum sempat kami posting. Untuk itulah artikel ini kami tulis sebagai publikasi susulan yang mungkin sudah setengah "mambu".

Posko Ketupat PAC. IPNU-IPPNU Durenan 2016

Lebaran Ketupat atau bisa disebut Bodho Kupatan merupakan tradisi hari raya khas masyarakat Durenan yang diselenggarakan pada hari ke-8 setelah hari raya idul fitri 1 syawal. Kekhasan hari raya ini terletak pada jamuan yang disuguhkan kepada setiap tamu yang bersilaturahim dengan Ketupat, sebuah kuliner yang mirip lontong namun menggunakan janur sebagai pembungkusnya. Melihat sejarah kemunculannya dari berbagai versi, tradisi ini merupakan gagasan para ulama yang bernafaskan ahlussunnah wal jama’ah.
Kebersamaan rekan-rekan IPNU Durenan dengan rekan-rekan dari IPNU tetangga
PAC. IPNU-IPPNU Durenan sebagai salah Badan Otonom Nahdlatul Ulama yang berada di Kecamatan Durenan, tentu memiliki sebuah tanggungjawab juga untuk ikut serta melestarikan tradisi ini. Tanggungjawab ini diwujudkan dengan mendirikan Posko Ketupat yang pada lebaran kali ini ditempatkan di Kediaman Rekanita Binti Masro Antikah (Ketua IPPNU Durenan), Desa Kamulan (13/7). Dengan bermodalkan posko sederhana dan iuran ketupat ditambah sayur dan lauk pauk seadanya, rekan-rekanita durenan dapat berbagi dengan menjadi tuan rumah bagi rekan-rekanita IPNU-IPPNU sekabupaten Trenggalek yang ikut merayakan hari raya ketupat di kecamatan Durenan.
Narsisme rekanita IPPNU, hehe

Rutinan Sesasi Pisan ke-2 PAC. IPNU-IPPNU Durenan

Setelah agenda Rutinan Sesasi Pisan perdana telah dilaksanakan pada bulan Juni kemarin yang berbarengan pada bulan Ramadhan lalu, di akhir bulan (31/7) PAC Durenan telah menyelenggarakan Rutinan Sesasi Pisan ke-2. Rutinan ke-2 ini bertempat di Masjid As-Syahir Karangnongko, Desa Kamulan. Aswaja menjadi fokus kajian dalam rutinan ke-2 yang terkonsep dengan diskusi santai. Pada kesempatan ini, berkenan hadir sekaligus menjadi narasumber materi Aswaja, Rekan Muzayyin Effendi, S.Pd.I salah satu alumni IPNU Durenan yang saat ini ber-Anshor di Kecamatan Durenan.
Rekan Muzayyin Efendi saat menyampaikan materi Aswaja
Untuk memberikan pemahaman kepada peserta mengenai aswaja, beliau memberikan titik tekan aswaja pada aspek teologi atau aqidah. Warga nahdliyin dalam berteologi mengikuti aqidahnya Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi, dimana secara garis besar pemahaman aqidah kedua ulama ini yakni menganggap tidak ada keharusan bagi Tuhan untuk berbuat baik dengan memasukkan ke surga bagi orang yang melakukan kebaikan, atau sebaliknya, Tuhan tidak berkewajiban memasukkan ke neraka bagi orang-orang yang melakukan keburukan. Karena semua yang menjadi keputusan Tuhan adalah hak preogratif-Nya, manusia tidak berhak menuntut ataupun menggugat apa yang telah menjadi ketetepan-Nya.

Berangkat dari pemahaman demikian, maka seseorang tidak akan mudah memvonis orang lain yang tidak sepemahaman dengannya dengan tuduhan kafir, bid’ah atau bahasa-bahasa semacamnya yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok ekstrimis radikal dalam melakukan dakwah dengan cara kekerasan yang pada kulminasi terakhir berbuah tindakan terorisme.

Sebagaimana yang disampaikan narasumber, para Walisongo merupakan teladan yang tepat untuk dijadikan rujukan dalam berdakwah. Walisongo berdakwah dengan menggunakan pendekatan budaya, sangat berbeda dengan Islam garis keras yang berdakwah menggunakan cara kekerasan. Alih-alih berdakwah mengatasnamakan agama namun hal itu justru memperburuk citra Islam yang sesungguhnya. Perlahan namun pasti, dapat dicontohkan, melalui budaya, Syekh Ja’far Shodiq atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus berhasil meraih simpati masyarakat untuk berbondong-bondong masuk Islam.
Antusias rekan-rekanita dalam mengikuti jalannya acara
Pada masa itu, masyarakat di lingkungan Kudus mayoritas menganut agama Hindu. Mereka menganggap bahwa hewan sapi itu sebagai hewan suci yang merupakan perwujudan Tuhan. Maka kemudian, disaat hari raya Idul Adha, Sunan Kudus melarang umat Islam berkurban menggunakan sapi dan menggantinya dengan kerbau. Hal ini dilakukan dalam rangka menghormati masyarakat Hindu yang memiliki keyakinan demikian. Selain itu, pendekatan budaya dalam berdakwah oleh Kanjeng Sunan juga dapat kita lihat dari ornamen masjid Kudus yang terdapat ornamen-ornamen yang identik dengan Hindu.

Kurang lebih dua kegiatan diatas, Posko Ketupat 2016 dan Rutinan Sesasi Pisan Ke-2 yang terlewatkan sampai artikel ini ditulis. Untuk kedepannya semoga kami tetap bisa menginformasikan kegiatan-kegiatan dan informasi menarik seputar PAC. IPNU-IPPNU Durenan dengan teratur.

Posting Komentar untuk "Baru Sempat Posting"